tanggal
Tampilkan postingan dengan label Wawasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wawasan. Tampilkan semua postingan

20 April 2015

Mengingat Perjuangan RA Kartini




  RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA. Kartini dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita pada masa itu, dimana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kartini sendiri mengalami kejadian ini ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Kartini sering berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya surat-surat tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Biografi Singkat Kartini
Semasa hidupnya dimulai dengan lahirnya Kartini di keluarga priyayi. Kartini yang memiliki nama panjang Raden Adjeng Kartini ini ialah anak perempuan dari seorang patih yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibu dari Kartini memiliki nama M.A. Ngasirah, istri pertama dari Sosroningrat yang bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di Telukawur, Jepara. Silsilah keluarga Kartini dari ayahnya, bisa dilacak terus hingga Sultan Hamengkubuwono IV, dan garis keturunan Sosroningrat sendiri bisa terus ditelusuri hingga pada masa Kerajaan Majapahit.

17 Februari 2015

Asal Mula Perayaan Tahun Baru Imlek

Asal-usul Hari Raya Imlek atau Sin Cia berasal dari negara Tiongkok. Tradisi ini sudah dimulai jauh sebelum ajaran Tao, Khonghucu ataupun agama Buddha muncul dan berkembang di sana.
Di Tiongkok, dikenal empat musim, yakni musim semi (Chun), musim panas (He), musim gugur (Shiu) dan musim dingin (Tang). Siklus keempat musim tersebut secara indah diilustrasikan sebagai perjalanan hidup umat manusia yang diawali dengan lahir (semi), tumbuh menjadi dewasa (panas), usia lanjut (gugur) dan meninggal (dingin), yang pada hakikatnya menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini tidak kekal adanya. Untuk itu, seharusnya mereka hidup berdampingan, saling menghormati dan saling mengasihi.